Menimbang Antara Membeli Produk atau Membeli Peluang Bonus (Sebuah Opini)


 Membeli peluang bonus mlm
Mempertimbangkan lagi antara membeli produk atau peluang bonus adalah tulisan kami mengawali tahun 2019 ini.

Latar belakang penulisan ini yang pertama adalah pengalaman pribadi kami beberapa waktu yang lalu. Ketika ada oknum pegawai KUA yang menawarkan sebuah produk yang kami rasa cukup mahal.

Kami tidak bermaksud menyudutkan siapa - siapa dengan tulisan ini. Kami hanya ingin mengajak pembaca blog memiliki pertimbangan lain.

Pertimbangan dari kami, jika saja pembaca menganggap apa yang kami sampaikan di sini baik untuk mereka. Baik kita mulai saja.

Tulisan ini juga dilatar belakangi oleh pengalaman kami yang kurang cermat saat mendapat penawaran produk elektronik palsu beberapa waktu yang lalu.
Jadi ini hanya sebuah upaya untuk menjadi pembeli yang lebih cermat.

Ceritanya kemarin ada orang jual sebuah produk (nama dan jenis produknya kami rahasiakan). Sekilas produk dijual dengan harga relative mahal.

Pertanyaan yang muncul di benak kami saat itu, apakah nilai manfaat barangnya pantas dengan harga semahal itu? Mungkin jawaban pertanyaan ini akan panjang diperdebatkan.

Tetapi kami punya sedikit cara untuk mengetahui apakah harga sebuah produk terlalu mahal atau wajar, 2 cara.

  1. Apakah ada produk sejenis, nilai manfaat sama dari penjual / produsen lain dengan harga jauh lebih murah? Jika jawabannya ada bahkan banyak, berarti benar bahwa barang tadi memang kemahalan. Tetapi jika jawabannya tidak ada, mungkin karena ini produk yang unik, belum ada produsen selainnya yang memproduksi produk semisal itu; maka kita jadi sulit menentukan, apakah produk tadi kemahalan atau tidak.
  2.  Tersisa satu cara lagi, seperti kata penjualnya yang berseliweran di sosmed, adalah mencobanya, agar tahu bahwa nilai manfaatnya layak dengan harga semahal itu.


Susah juga ya...

Coba anda bayangkan, anda ditawarin beli -anggap saja misalnya- mie instant tapi harganya 50rb...

Berdasarkan cara pertama, ini jelas kemahalan. Harga produk sejenis merek yang lain 2,5rb- 10rb.

Penjual berkata, " Tapi mie ini beda dengan merek lain, mie ini ada khasiatnya a, b, c, dst"

Berarti aku harus pakai cara ke 2, mencoba produk itu. Jika memang manfaatnya sesuai dan sepadan dengan harganya, maka itu hal yang wajar.

Penjual melanjutkan, " Dan kamu bisa dapat bonus jika bisa mereferensikan produk ini ke orang lain dan terjadi penjualan berikutnya".

Oo gitu. Kalau begitu kami sebaiknya bertanya pada diri sendiri. Dua pertanyaan.
  1. Jika kami membelinya, motifasi kami apakah karena khasiat/ manfaat yang dia klaim berikut testimoni nya, yang belum bisa kami buktikan sendiri kebenarannya kecuali dengan membeli dan mencoba, apakah itu? Atau
  2. Kami membelinya dengan harapan dapat bonus ketika anda bisa mereferensikan produk mie sangat mahal tadi ke orang lain berikut klaim manfaat dan iming2 bonus juga?

Bonus yang sangat logis jika memang produk itu kemahalan, mudah saja kasih bonus karena keuntungannya bisa 2 , 3, bahkan 10 kali lipat biaya produksi jika asumsi kemahalan benar.

Jika kami membelinya karena memang tertarik dengan nilai manfaat produk tersebut, dan kami memang mebutuhkan produk itu, maka itu tidak masalah. Dan kami rasa kami tidak perlu membuat tulisan ini.

Hanya saja apakah tidak ada produk lain dengan nilai manfaat sama tetapi harga lebih murah?
  1. Apakah kami akan membelinya juga walaupun ada produk lain yang lebih murah?
  2. Atau kami membelinya karena faktor iming - iming bonus , sehingga kami rela membayar lebih mahal dari harga wajar? Bahasa tegasnya, kalau begitu kami hanya membeli peluang untuk dapat bonus. Karena kami sebenarnya :
    1. Tidak butuh produk tersebut atau
    2. Mengabaikan produk sejenis merek lain yang jauh lebih murah.
Dua pertanyaan yang sama yang mungkin dialami orang2 berikutnya sehingga ia rela membeli produk sangat mahal tadi.

Ketika ternyata kami membelinya karena iming 2 bonus saja, maka sesuai peraturan dari penjual tersebut ,  kami harus mereferensikan pada orang lain lagi setelah kami. Baru bisa dapat bonus.

Ketika kami mulai menawarkan ke orang lain, maka ketika itu kami menghadapkan orang lain tadi pada dua pertanyaan yang kami hadapi tadi. Bonus atau manfaat?

Oke, harga 50rb untuk sebuah mie instant tentu sangat mahal. Kecuali jika memenuhi 2 syarat :
  1. Di dalam produk tersebut terkandung manfaat yang sepadan dengan harga semahal itu,
  2. dan manfaat itu tidak anda temukan di produk mie lainnya yang menjual dengan harga lebih murah.
Kalau begitu, oke tidak ada masalah. Jika anda dihadapkan pada penawaran serupa, dan terpenuhi  2 syarat di atas, atau dengan kata lain anda benar membutuhkan produk tersebut, dan harga produk anda rasa wajar karena memang kisaran harga di pasaran sama, anda bisa lanjutkan membelinya.

Tulisan ini kami buat jika harga anda rasa terlalu mahal dan anda tidak benar - benar membutuhkan produk tersebut. Dengan kata lain, anda hanya mengincar, membeli peluang untuk dapat bonus seperti yang diiming - imingkan.

Baik kami lanjutkan penawaran produk mie instant 50 ribu tadi.

    Lalu mulailah aku cari2 di market place dengan kata kunci "mie instant khasiat xxx"

    Ternyata aku mendapatkan ada beberapa produk dengan jenis dan manfaat yang sama. Harganya hanya setengahnya saja. 25rb.

    Penjual mie 50 ribu tidak menyerah, "Tapi mie kami berkualitas terbaik, karena ini, ini, dan ini".

    Emm, aku jadi ingat perkataan, "Semua produk kecap membuat slogan kecap no-1"

    Perlu anda ketahui, shampoo anti ketombe "nomer 1 di amerika" pun menjual produknya dengan harga kompetitif loh..

    Kalau ada 2 produk, dengan klaim manfaat yang sama, sama - sama memiliki testimoni, sama2 bersertifikat, bedanya yang satu harganya 2 kali lipat lebih mahal dari yang lain, mana yang akan anda beli?

    Tentu yang murah.
    Penjual mie 50rb terus  mengejar, "Tetapi dengan membeli mie kami anda berpeluang untuk dapat bonus jutaan, puluhan juta, bahkan lebih jika anda bisa mereferensikan hal yang sama kepada orang lain".

    Menarik juga nih penawarannya. Lebih mahal 25ribu tetapi aku berpeluang dapat bonus jutaan.

    Sebentar. Kalau begitu berarti aku hanya mengejar bonus. Tapi memang salah mengejar bonus?

    Mari kita berfikir lagi. 2 produk yang sama. Yang satu 50ribu, yang satu lagi 25ribu. Ketika kita memilih beli yang 50ribu padahal kualitas sama, maka mengakui atau tidak , kita sedang mengejar bonus. Kita rela membayar berlebih 25rb untuk peluang bonus. Kita sedang membeli  peluang dapat bonus.

    Bisa jadi kita dapat bonus, bisa jadi tidak. Yang pasti kita telah membayar 25ribu lebih banyak.

    Artinya apa? Kita mengeluarkan uang 25 ribu untuk tidak mendapatkan apa-apa selain peluang dapat bonus jutaan rupiah.

    Tahukah kamu darimana produsen bisa memberi kita bonus jutaan rupiah? Padahal kita cuma membayar 25 ribu?

    Bonus akan kita dapatkan jika kita bisa mendapatkan orang lain lagi yang juga rela membayar 25 ribu lebih mahal membeli mie instant tadi karena ingin dapat bonus juga.

    Dengan kata lain, kita dapat bonus jika kita bisa membujuk orang lain untuk menyetorkan 25 ribu secara cuma - cuma tanpa dapat apa-apa selain peluang dapat bonus juga.

    Loh, apa maksud memberikan 25 rb secara cuma-cuma dan tidak dapat apa- apa?
    Baca lagi tulisan yang di atasnya. Dia mengabaikan produk dengan manfaat yang sama tetapi harga lebih murah, dan rela membayar 25ribu lebih mahal..

    Harga pasaran mie instan plus khasiat yang wajar (sesuai pasar 25ribu) + 25 rb = 50ribu.

    Dengan membayar mahal 50 ribu, sama saja dia membayar 25rb untuk mendapatkan mie , plus 25 ribu sisanya dia tidak mendapatkan apa-apa selain peluang bonus.

    Yang peluang bonus ini tidak pernah jadi bonus sampai dia berhasil mendapatkan orang lain yang juga rela membayar 25ribu secara percuma. dan seterusnya.

    Sampai suatu saat , di wilayah tersebut semua orang sudah memakai produk mie 50 ribu tadi. Semua orang sudah  rela  membayar lebih mahal 25 ribu,
    dan orang kloter terakhir ini sudah tidak mendapatkan orang lain lagi.

    Saat itulah ada sebagian kecil orang yang menikmati bonus besar hasil dari akumulasi 25 ribu yang dibayarkan secara percuma dan tidak dapat apa- apa oleh lebih banyak orang (yang sudah tidak dapat orang lagi)

    Hmm..

    Boleh tidak setuju. Ini hanya opini. Mie instant hanya sebagai contoh.



    Sebelum kami tutup, kami ingin memberikan kepada anda 2 cerita.

    1. Cerita pertama A membuat sebuah bisnis permainan uang. Dia mengajak B untuk bergabung dengan membayar uang pendaftaran 70 ribu. A mengiming - imingi B bonus jika B bisa merekrut anggota baru dengan membayar uang pendaftaran.

    Akhirnya B mendaftar dan membayar 70 ribu ke A.
    A mendapat uang 70 ribu dari uang pendaftaran B.

    Setelah itu B mengajak C dan D untuk melakukan hal yang sama dan iming-iming bonus yang sama. C dan D masing -  masing setor uang pendaftaran @70 ribu.

    Sekarang B pegang uang pendaftaran C tambah D jumlahnya 140 ribu. Dari 140ribu tersebut, B harus setorkan ke A 70 ribu, dan 70 ribu sisanya jadi bonus bagi B.

    Sekarang A pegang uang 70 ribu uang pendaftaran B, di tambah 70 ribu hasil setoran B dari uang pendaftaran C dan D. Total A bawa 140 ribu.

    Sedangkan B, dia telah keluar uang 70 ribu saat pendaftaran. Tapi B dapat hasil pembagian uang C dan D juga sejumlah 70 ribu. Maka B saat ini impas. Bayar 70 ribu, dapat 70 ribu.

    Lalu C dan D yang paling malang, karena belum dapat apa - apa, dan sudah kehilangan masing - masing 70 ribu untuk pendaftaran.

    Agar C dan D tidak bernasib malang, maka mereka harus dapat bonus juga seperti B (impas) atau seperti A (untung 140 ribu), dengan mengajak orang lain dengan iming - iming bonus yang sama.

    Agar B bisa untung dan tidak impas, maka C dan / D harus bisa mengajak bergabung orang lain agar bersedia membayar @70 ribu juga.

    Begitu seterusnya sampai jumlah orang - orang yang malang karena belum dapat bonus tetapi sudah membayar pendaftaran 70 ribu semakin banyak.

    2. Cerita kedua . A membuat bisnis. Menjual suatu produk. Produknya obat nyamuk merek xxx. Dia kulakan seharga 20 ribu dijual 100 ribu.

    Harganya relatif mahal. Kemasan kecil 800gr dijual seharga 100 ribu. Padahal produk dengan merek sama xxx di pasaran hanya dijual 25 - 30 ribu. Anggap saja 30 ribu. Dan memang biaya kulakan obat nyamuk tersebut sebenarnya 20 ribu saja. Jika dia menjualnya seperti pedagang lain 30 ribu, dia sudah untung 10 ribu. Selisih 70 ribu.
    Harga real produk adalah 30 ribu.
    Dalam memasarkan produknya yang mahal, A mengiming- imingi bonus besar bagi pembeli yang bisa mereferensikan mencari pembeli lain.

    Akhirnya B tertarik. B membeli obat nyamuk xxx seharga 100 ribu. walaupun mahal, B tetap membelinya karena ingin dapat bonus.
    Sekarang A pegang 100 ribu hasil penjualan obat nyamuk ke B.

    B menawarkan ke C dan D dengan cara dan iming - iming yang sama seperti A menawarkan ke B tadi.

    C dan D membeli juga obat nyamuk xxx dan masing - masing  rela membayar 100ribu ke B berharap bonus juga..

    Sekarang B pegang uang 200rb hasil penjualan ke  C dan D.
    Seperti sudah kami sampaikan tadi, harga jual di pasaran 30 ribu. Jadi uang 200 ribu di B rinciannya adalah
    1. 2 x 30 ribu = 60 ribu  adalah harga real 2 obat nyamuk xxx yang dijual ke C dan D
    2. Sisanya 2 x 70 ribu = 140ribu  keuntungan besar dari penjualan obat nyamuk xxx ke C dan D.
    Dari uang 200 ribu hasil penjualan obat nyamuk  xxx ke C dan D,   B berhak dapat komisi 70 ribu.
    Sisanya 130 ribu0 ribu uang disetorkan ke A sebagai penyuplai 2 produk obat nyamuk yang dijual B.

    Dari sini berarti :
    • A sudah bisa mengumpulkan uang
    • 100 ribu hasil menjual 1 obat nyamuk ke B
    • 130 ribu setoran dari B hasil penjualan 2 obat nyamuk B ke C dan D (setelah dikurangi bonus untuk B)
    • Keuntungan A berarti 100 ribu + 130 ribu (setoran penjualan B)= 230 ribu,  dikurangi biaya kulakan 3 buah obat nyamuk 3 x 20 ribu = 60 rb. 
    • Jadi keuntungan A 230 ribu - 60 ribu = 170 ribu
    • Uang di A rinciannya 170 ribu terdiri dari 140 ribu keuntungan dari harga mahal obat nyamuk, ditambah 30ribu keuntungan real penjualan 3 obat nyamuk yang di beli B, C, dan D
    •  B sudah mengumpulkan uang
    • 70 ribu bonus penjualan ke C dan D 
    • Hasil yang diperoleh B sebenarnya adalah bonus 70 ribu dikurangi modal awal ketika dia pertama kali membeli dari A tadi 100ribu, yaitu 70 ribu - 100 ribu = minus 30  ribu.
    • Singkatnya B minus 30 ribu
    • Sebenarnya B impas, karena minus 30 ribu tersebut adalah uang pembelian obat nyamuk xxx dengan harga real. 30ribu dapat  obat nyamuk.
    •  C dan D belum dapat untung apa - apa. C dan D masih minus @70ribu. Karena mereka membeli obat nyamuk yang seharusnya harga 30 ribu, tetapi mereka membeli @100 ribu. 
    • Itu artinya C dan D membeli peluang dapat bonus dengan membayar @70 ribu.
    • C dan D rugi 70 ribu, kecuali dia melakukan apa yang dilakukan B. Yaitu mencari pembeli baru, agar ia bisa mengurangi kerugian jadi 30ribu saja yang itu artinya impas karena dapat produk yang harga realnya 30ribu. Jika ingin untung mereka harus ada di posisi A ketika orang dibawah mereka dapat pembeli lagi.
    • Jika C dan D dapat pembeli baru, maka sama saja C dan D menempatkan pembeli baru tersebut pada posisi yang sama ketika C dan D belum dapat pembeli baru, atau B ketika belum mendapat pembeli C dan D.

    Nah, dari 2 cerita di atas anda bisa melihat ada persamaan dari sisi pendapatan yang diperoleh A, B, C, dan D.

    Sama-sama membeli peluang dapat bonus. Bedanya cerita pertama hanya ada uang, cerita kedua ada produk yang dijual mahal. Kita harus kritis dalam mempertimbangkan, apakah produk hanya sebagai kamuflase, sedangkan pokok dari penawaran itu adalah peluang bonus.
    Atau kita memang membutuhkan produk tersebut dan rela dengan harganya, karena kita anggap sebanding antara manfaat dan harga.

    Dalam jenis lain, ada yang pakai produk dan tidak mahal. Tetapi mereka memungut uang pendaftaran yang mahal untuk bisa menjadi agen, atau penjual juga.

    Jadi harga obat nyamuk tetap 30 ribu , tetapi pembeli yang ingin bisa menjual lagi harus membayar uang pendaftaran 70 ribu. Akhirnya sama saja dengan 2 cerita di atas.

    Istilah yang dipakai tidak selalu uang pendaftaran, bisa juga memakai istilah beli lisensi, beli hak keagenan, dan sebagainya.

    Saran kami apapun produk yang ditawarkan kepada anda, walaupun mahal, jika niat anda membelinya karena memang manfaat produk, silahkan lanjutkan.

    Bahasa mudahnya, anda tidak merasa rugi setelah membeli produk tersebut walau tidak dapat bonus.
    Anda bisa ikut menjualnya juga, dengan catatan anda benar - benar menjual produk dan manfaat produk .

    Bahasa mudahnya, anda tetap mampu menjual produk tersebut, walau tanpa mengiming - imingi bonus/ komisi. Tanpa bonus pun produk tersebut laku dijual.

    Tetapi ketika anda membeli peluang bonus dengan membayar lebih mahal, maka kami sarankan agar mempertimbangkan lagi. Itu bagi kami spekulatif.

    Kami tidak bicara boleh atau tidak, halal atau haram. Karena itu bukan ranah kami.

    Kami hanya menawarkan sudut pandang yang berbeda yang kami harap bisa menjadi sekedar bahan pertimbangan. Itu saja.

    Terimakasih. Sukses selalu!




    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Uang Belanja Harian Cuma 50.000 (lima puluh ribu) Apa Cukup?

    Cara Share Lokasi Rumah Saat tidak Berada di Rumah

    Prosedur Menaikkan Daya Listrik Resmi dan Menghindari Penipuan Mengatasnamakan PLN