Kebiasaan Menggosip Antar Ibu Rumah Tangga
Free photo 83075880 © creativecommonsstockphotos - Dreamstime.com |
Walaupun pada masa sekarang ini banyak juga ibu - ibu yang ikut bekerja membantu suami mereka. Mengenai hal ini, lebih detail kami pernah sedikit mengulasnya di Pembagian Tugas Suami Istri.
Bagi ibu - ibu yang beraktifitas di rumah seharian, mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan ibu - ibu tetangga ketika mereka telah menyelesaikan pekerjaan rumah mereka.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan terbatas kami, waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik inilah yang membuat para ibu terbawa untuk asyik bergosip.
Ketika ngobrol ,awalnya mungkin tidak langsung bergosip. Dimulai dari saling curhat kehidupan masing - masing. Bertukar resep masakan. Bertukar cerita bagaimana nakalnya anak - anak di rumah, dan seterusnya.
Ketika bahan obrolan sudah habis, mulailah membahas kehidupan orang lain. Tadinya sih membicarakan yang baik - baik saja. Tetapi saat yang baik - baik mulai tidak menarik lagi untuk diceritakan, mulai dicarilah sisi negatif orang lain yang dibicarakan. Topik yang mungkin tidak ada habisnya.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang seperti itu disebut dengan gosip.
Gosip/go·sip/ n obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan. https://kbbi.web.id/gosip
Beberapa kesempatan yang memungkinkan ibu - ibu bergosip :
- Ketika berbelanja di tukang sayur keliling,
- Ketika arisan,
- Ketika ada hajatan,
- Saat pengajian. 50% dengar ceramah, 50% ngobrol
- dan masih banyak kesempatan lain yang memungkinkan para ibu - ibu ini berkumpul dan ngobrol hingga berakhir menjadi gosip.
"Eh, bu Zainab kemarin didatangi penagih hutang loh"
"Masa sih, padahal dia ke mana - mana pakai kalung, asesoris dan gelang bagus - bagus loh, jangan - jangan itu cumah ngutang?"
"Eh, si Yanti itu kok kalau lewat ga pernah nyapa ya?"
"Iya, memang orang angkuh dia, maklum orang kaya "
"Eh ibu - ibu tahu nggak, mantunya bu Titik itu sudah melahirkan loh?"
"Padahal kan nikahannya baru 8 bulan kan?"
Dan seterusnya.
Seharusnya kebiasaan menggosip ini adalah sesuatu yang harus kita hindari, dan kita peringatkan orang lain untuk menjauhinya juga.
Berikut ini alasan mengapa sebaiknya kita berhenti bergosip,
- Bergosip bisa menimbulkan perselisihan di antara tetangga. Timbul rasa saling curiga, saling memata - matai, saling menjatuhkan antar sesama tetangga.
- Bergosip adalah percakapan yang tidak ada manfaatnya. Kita tidak dapat uang karena bergosip. Ketika kita membicarakan keburukan orang lain, maka pembicaraan itu tidak memberi dampak positif apapun terhadap orang yang kita gosipkan. Anggap saja kita punya tetangga yang memang pelit. Lalu kita gosipkan tetangga pelit tadi. Nah, gosip kita tidak bisa mengubah apapun. Tetangga yang digosipkan tidak berubah jadi lebih baik, tidak berubah jadi tidak pelit lagi. Kita sendiri yang bergosip juga tidak dapat apa - apa, selain buang - buang energi dan waktu.
- Bergosip membuat kita tidak produktif. Bergosip membuat kita sibuk dari membicarakan hal - hal yang positif dan produktif. Bukankah dari pada asyik mengorek keburukan orang lain, lebih baik kita membicarakan bagaimana caranya membuka usaha kecil yang bisa dikerjakan ibu - ibu di rumah. Atau kita bisa ngobrol tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik, dan sebagainya.
- Bergosip menyibukkan kita dari memperbaiki kekurangan diri sendiri. Kita lebih suka menganalisa dengan tajam dan mengumpulkan data - data kekurangan orang lain.
- Tidak usah terlalu diambil pusing. Itu hanya suara angin lalu. Tidak berbekas, tidak berasa, dan tidak berbau, selama tidak kita hiraukan.
- Konsekuensi dari sikap nomer 1, maka kita tidak perlu repot - repot untuk membela diri, atau bahkan melakukan "serangan balasan". Tidak usah, capek!
- Fokus untuk memperbaiki diri dan fokus menebarkan kebaikan kepada siapa saja termasuk orang - orang yang suka menggosip kita.
Komentar
Posting Komentar