9 Hal Yang Dialami Manusia Ketika Berada di Luar Angkasa
Sejak keberhasilan manusia menuju luar angkasa pada tahun 1961 oleh Yuri Gagarin dari Russia, maka manusia terus berupaya untuk pergi ke luar angkasa dengan jarak yang lebih jauh dan waktu tinggal yang lebih lama. Hingga pada tahun 1969 manusia berhasil melakukan pendaratan pertama di bulan, oleh Neil Armstrong dari Amerika Serikat.
Perjalanan manusia ke luar angkasa tentu bukan tanpa resiko. Selain resiko kecelakaan seperti yang terjadi pada pesawat ulang alik Challenger pada tahun 1986 yang meledak 73 detik setelah peluncuran dan menewaskan 73 awaknya, resiko lainnya adalah adanya perbedaan yang cukup ekstrem antara bumi dengan angkasa luar. Di luar angkasa yang tidak memiliki gaya gravitasi atau gravitasi mikro, tubuh manusia mengalami penyesuaian - penyesuaian, yang bisa saja membahayakan keselamatan jiwa seorang antariksawan.
Berikut ini penyesuaian tubuh manusia ketika berada di luar angkasa:
Perjalanan manusia ke luar angkasa tentu bukan tanpa resiko. Selain resiko kecelakaan seperti yang terjadi pada pesawat ulang alik Challenger pada tahun 1986 yang meledak 73 detik setelah peluncuran dan menewaskan 73 awaknya, resiko lainnya adalah adanya perbedaan yang cukup ekstrem antara bumi dengan angkasa luar. Di luar angkasa yang tidak memiliki gaya gravitasi atau gravitasi mikro, tubuh manusia mengalami penyesuaian - penyesuaian, yang bisa saja membahayakan keselamatan jiwa seorang antariksawan.
Berikut ini penyesuaian tubuh manusia ketika berada di luar angkasa:
Sistem Sensorimotor
Saat beradaptasi dengan gravitasi mikro, dan beradaptasi kembali dengan gravitasi bumi, umumnya terjadi perubahan dalam pengendalian gerakan, kemampuan melihat dan menginterpretasi informasi yang ditangkap oleh mata, orientasi ruang, hingga mabuk antariksa. Gejala itu biasanya hilang setelah sistem sensor tubuh beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru.
Mata
sekitar 29% antariksawan yang melakukan perjalanan pergi pulang ke antariksa dan 60% antariksawan yang tinggal di stasiun antariksa selama beberapa waktu mengalami penurunan pandangan dan rabun dekat, kondisi itu diduga akkibat perubahan bentuk bola mata akibat perubahan tekanan pada tengkorak.
Aliran Darah
Gravitasi mikro membuat aliran darah ke kepala meningkat. Sesaat setelah pengaruh gravitasi berkurang, 10 persen fluida atau 1 - 2 liter cairan yang ada di setengah tubuh bagian bawah akan membanjiri kepala dan tubuh bagian atas. Akibatnya, tubuh bagian bawah , khususnya kaki, mengecil dan tubuh bagian atas membesar. penggunaan celana bertekanan selama peluncuran bisa membantu mengatasi pengecilan kaki tersebut.
Jantung
Pergeseran cairan tubuh juga memicu penyimpangan ritme dan detak jantung serta mengurangi kapasitas aerobik jantung, Meski sudah kembali ke bumi, efek tersebut tidak akan langsung hilang begitu saja. Akibatnya, saat kembali ke bumi, antariksawan umumnya mengalami kesulitan berdiri, tekanan darah rendah , bahkan pingsan. Kondisi itu bisa menghambat jika antariksawan harus melakukan pendaratan darurat.
Tulang
Kepadatan tulang berkurang 1 - 2 % per bulan, itu berarti lebih dari 2 kali hilangnya kepadatan tulang pada orang dewasa selama satu tahun. Pengurangan massa itu umumnya terjadi pada tulang penahan beban, seperti panggul. Kondisi itu meningkatkan resiko gangguan tulang lain, seperti fraktur atau retak, patah tulang dan cedera. Setelah kembali ke bumi, butuh 3 tahun untuk membuat kerapatan tulang kembali normal.
Tulang belakang
Gravitasi mikro membuat hubungan antar ruas tulang belakang yang semula terkompresi menjadi renggang. Akibatnya, tubuh antariksawan bertambah panjang 5 - 7 cm. Kondisi itu bisa mengakibatkan sakit punggung dan gangguan saraf.
Otot
Kepadatan dan massa serat otot berkurang sehingga mengurangi fungsi otot hingga 40%. Antariksawan yang hidup di stasiun antariksa bisa kehilagan 20% masa ototnya dalam seminggu. Bagian yang paling rentan kehilangan massa adalah otot betis, paha, otot-otot di punggung dan leher, yang banyak mendukung berat badan. Kondisi itu akan meningkatkan resiko cedera, dan menghambat antariksawan melakukan tugas selama misi. Untuk mencegah parahnya hilangnya massa otot, para antariksawan harus berolahraga 2,5 jam sehari di antariksa.
Perilaku Psikologi
Kurangnya tidur, kecemasan kesulitan berkomunikasi dan dinamika kelompok dengan antariksawan lain bisa memengaruhi kesehatan jiwa antariksawan yang memengaruhi keselamatan dan produktifitas tim
Baju Kosmik
Menghadapi perubahan lingkungan yang ekstrem di luar angkasa, maka dirancanglah sebuah baju pelindung, baju kosmik. Baju kosmik ini ada dua untuk keperluan yang berbeda. Baju kosmik itu adalah baju mengangkasa (escape suit) yang digunakan selama peluncuran dan pendaratan. Yang satunya adalah baju berjalan di luar angkasa (extra vehicular activity suit) yang digunakan untuk bekerja atau berjalan - jalan di luar stasiun antariksa (space-walk). Sementara untuk bekerja di dalam stasiun antariksa , antariksawan menggunakan baju biasa seperti yang mereka pakai di bumi.
space.com
nasa.gov
RIA.ru
jaxa.jp/MZW
sumber : Harian Kompas minggu 2 Agustus 2015
Jantung
Pergeseran cairan tubuh juga memicu penyimpangan ritme dan detak jantung serta mengurangi kapasitas aerobik jantung, Meski sudah kembali ke bumi, efek tersebut tidak akan langsung hilang begitu saja. Akibatnya, saat kembali ke bumi, antariksawan umumnya mengalami kesulitan berdiri, tekanan darah rendah , bahkan pingsan. Kondisi itu bisa menghambat jika antariksawan harus melakukan pendaratan darurat.
Tulang
Kepadatan tulang berkurang 1 - 2 % per bulan, itu berarti lebih dari 2 kali hilangnya kepadatan tulang pada orang dewasa selama satu tahun. Pengurangan massa itu umumnya terjadi pada tulang penahan beban, seperti panggul. Kondisi itu meningkatkan resiko gangguan tulang lain, seperti fraktur atau retak, patah tulang dan cedera. Setelah kembali ke bumi, butuh 3 tahun untuk membuat kerapatan tulang kembali normal.
Tulang belakang
Gravitasi mikro membuat hubungan antar ruas tulang belakang yang semula terkompresi menjadi renggang. Akibatnya, tubuh antariksawan bertambah panjang 5 - 7 cm. Kondisi itu bisa mengakibatkan sakit punggung dan gangguan saraf.
Otot
Kepadatan dan massa serat otot berkurang sehingga mengurangi fungsi otot hingga 40%. Antariksawan yang hidup di stasiun antariksa bisa kehilagan 20% masa ototnya dalam seminggu. Bagian yang paling rentan kehilangan massa adalah otot betis, paha, otot-otot di punggung dan leher, yang banyak mendukung berat badan. Kondisi itu akan meningkatkan resiko cedera, dan menghambat antariksawan melakukan tugas selama misi. Untuk mencegah parahnya hilangnya massa otot, para antariksawan harus berolahraga 2,5 jam sehari di antariksa.
Perilaku Psikologi
Kurangnya tidur, kecemasan kesulitan berkomunikasi dan dinamika kelompok dengan antariksawan lain bisa memengaruhi kesehatan jiwa antariksawan yang memengaruhi keselamatan dan produktifitas tim
Baju Kosmik
Menghadapi perubahan lingkungan yang ekstrem di luar angkasa, maka dirancanglah sebuah baju pelindung, baju kosmik. Baju kosmik ini ada dua untuk keperluan yang berbeda. Baju kosmik itu adalah baju mengangkasa (escape suit) yang digunakan selama peluncuran dan pendaratan. Yang satunya adalah baju berjalan di luar angkasa (extra vehicular activity suit) yang digunakan untuk bekerja atau berjalan - jalan di luar stasiun antariksa (space-walk). Sementara untuk bekerja di dalam stasiun antariksa , antariksawan menggunakan baju biasa seperti yang mereka pakai di bumi.
space.com
nasa.gov
RIA.ru
jaxa.jp/MZW
sumber : Harian Kompas minggu 2 Agustus 2015
Komentar
Posting Komentar